Beberapa orang banyak merasa bagaimana bisa seseorang yang selalu berbuat dzalim, ingkar dan melukai perasaan orang lain kepada saudara-saudara dekatnya masih diberi hidup nikmat berkecukupan? sebaliknya banyak dijumpai orang yang beriman justru mengalir cobaan dalam berbagai bentuk. Lantas apa sajakah hikmah Allah dibalik ini semua?
Pertama-tama jangan sekali-kalinya kita menjadi hamba yang menuntut kekayaan, Allah hanya mencukupkan rizki bagi umatnya, niscaya makna "Cukup" adalah wujud kita memahami pesan Allah untuk bersyukur jika telah bersyukur maka bertambahlah nikmatmu untuk mengenaliNya, sementara pribadi ingin "Kaya" merupakan gambaran hawa nafsu.
Tidak jarang pula kita jumpai orang yang cukup harta namun dipandang baik akhlak dan perbuatannya terhadap sesama, insya Allah itu pertanda ia telah memegang amanah dengan baik selagi tidak menjumpai unsur riya.
Sementara banyak pula orang berbagi hanya demi dipandang dan menyebar berita kebaikan-kebaikannya kemudian terkadang disertai menjatuhkan nilai derajat orang yang disedekahi dengan fitnah kejam dsb. Sungguh sangat disayangkan nilai kebaikannya telah gugur hangus tiada guna. orang-orang seperti ini adalah ciri orang yang telah menukar surganya yang terkadang demi hasutannya berjalan mulus, sumpah demi Allah pun sudah terbiasa fasih dari mulutnya demi menghancurkan orang lain.
Mengapa orang yang sudah "rajin beribadah kepada setan" diantaranya berbuat dzalim dengan mengadu domba sesama, menjatuhkan martabat orang lain, fitnah dan ingkar kepada Allah masih diberikan rezeki, kesehatan, tidak ditampakkan dosanya dan tidak disegerakan sangsi kepadanya???
Meski perbuatan dzalim kerap melanggar perintah Allah, orang berbuat dzalim tetap diberi 4 anugerah kepadanya:
Orang dzalim tidak terhalang dalam hal rezeki
Allah SWT memiliki sifat Rahman yakni kasih Allah pada semua manusia. yang demikian tentu kita paham betul tidak perlu penjelasan panjang lebar ya..
Orang dzalim biasanya memiliki sifat menghendaki kehidupan duniawi, dan pastinya akan ia bantah dengan kemarahan besar jika diperingatkan, jika salah satu diantara keluarga kita ada yang demikian cukuplah didoakan barangkali akan tersadar, namun jika kehendak Allah berkata lain, azab yang pedih pasti menghampirinya. Tak akan ada kekuatan makhluk yang dapat menghalangi Azab-NYA kecuali bertaubat itupun jikalau belum terlambat.
Allah SWT berfirman:
مَّنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ ۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَنْ نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ ۥ جَهَنَّمَ يَصْلٰىهَا مَذْمُومًا مَّدْحُورًا
"Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) Neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir." (QS. Al-Isra': Ayat 18)
Orang dzalim tidak terhalang untuk mendapat kesehatan
Sifat Allah yang Rahman juga berlaku untuk kesehatan. Setiap orang yang dzalim tidak terhalang untuk mendapat kesehatan. Selain karena izin Allah SWT, kesehatan didapat karena dibarengi dengan pola hidup sehat dan olahraga.
Allah tidak akan menampakkan dosanya semasa hidup di dunia
Allah tidak akan memperlihatkan dosa semasa di dunia kepada orang dzalim. Ia hanya akan mengetuk pintu bagi orang terpilih tentang beratnya azab neraka terhadap dosa yang telah dilakukan di dunia.
Memperlihatkan dosa semasa hidup juga termasuk nikmat Allah, bagaimana tidak, dengan begitu manusia akan mengingat kematian dan akhirnya beralih menjadi lebih baik lagi. Namun kepada orang dzalim, Allah tidak menganugerahkan hal tersebut. Mata hati mereka tertutup dan tidak bisa melihat dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Allah tangguhkan hukumannnya
Bagi mereka yang dzalim, Allah juga tidak menyegerakan hukumannnya. Namun hal ini bukan berarti orang dzalim luput dari pengawasan Allah SWT. Allah hanya menangguhkan atas mereka, ini menunjukkan kesabaran Allah atas semua ciptaan-Nya. Tidak jarang pula azab neraka yang sudah menunggu dirasakannya pula di dunia hingga masa sakaratul tiba. beberapa kezaliman yang mulutnya terbiasa fitnah keji, tak akan sanggup melafalkan kalimat tauhid di ujung akhir hayatnya.